Batu ini berwarna hitam dengan pori-pori cenderung besar yang tampak pada permukaanya. Dengan kondisi seperti itu, daya hisap batu candi terhadap air sangat tinggi, bahkan paling tinggi diantara jenis batu lain.
Batu yang ditambang dari lereng Merapi ini nyaris sama seperti batu pembuat Candi, baik tekstur ataupun warnanya. Candi Borobudur, Prambanan dan candi-candi lainnya di daerah Jogjakarta dan sekitarnya tampaknya memakai batu jenis ini di hampir semua bagiannya. Stupa, arca dan relief-relief semuanya memakai batu ini, mungkin dari situlah maka batu ini kemudian dinamakan Batu Candi. Bahkan hingga saat ini di daerah Magelang banyak terdapat sanggar-sanggar kerajinan dan pengukir atau pemahat yang memakai batu candi untuk dibuat beragam hiasan seperti patung, pot, fountain, lampion dan banyak lagi disamping tentunya pabrik-pabrik pemotongan batu alam yang memotong batu candi menjadi berbagai ukuran.
Kecuali pada lantai yang biasanya sering dilintasi sesuatu yang membawa kotoran tanah, terutama tanah merah, seperti pada lantai carport (garasi), membuat proses membersihkannya sedikit sulit karena kotoran bisa saja tenggelam ke dalam pori-pori batu candi yang lebar itu. Selain dari bidang carport, batu candi dapat diaflikasikan pada semua bagian bangunan.
Karena warnanya yang gelap, batu candi tidak begitu bermasalah dengan lumut karena akan tersamar, atau agar lebih mudah saat membersihkannya, sebaiknya setelah rapi terpasang langsung diberi pelapis atau di coating. Proses perawatan Batu candi tidak terlalu rumit, hanya disikat dengan sikat ijuk apabila dirasa sudah tampak kotor. Untuk perawatan jangka panjangnya minimal 2 tahun sekali di coating ulang setelah terlebih dahulu membersihkannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments
Post a Comment